![]() |
![]() |
![]() |
![]() |
||
![]() |
![]() |
||||
|
KREATIVITAS ANAK Rabu, 1 Nopember 2017 Coba jawab pertanyaan ini: apa kegunaan sikat gigi? Tentu saja untuk sikat gigi, sesuai dengan namanya bukan? Tapi salahkah jika ada yang menjawab sikat gigi dapat digunakan untuk melukis atau menggaruk-garuk punggung? Dua jawaban terakhir ini sebenarnya mencerminkan pikiran kreatif dimana kita dapat menghasilkan pemikiran yang orisinil dan di luar ide-ide umum. Sebenarnya apa arti kreativitas itu sendiri? Beberapa ahli mengemukakan definisinya sebagai berikut: kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan unik (Paul Torrance, 1970). cara berpikir dan bertindak atau membuat sesuatu yang orisinil dan dihargai oleh orang lain (Mary Mayesky Ph.D., 2002) Ada dua proses pemikiran yang terlibat dalam proses kreatif, yaitu berpikir konvergen dan divergen. Anak diminta berpikir konvergen ketika dia diberi pertanyaan yang hanya ada satu jawabannya. Misalnya ada berapa kakimu? Sedangkan ketika ia diberi pertanyaan yang memungkinkan banyak jawaban atau lebih dari satu, artinya dia diminta untuk berpikir divergen. Contohnya, apa yang terjadi kalau tidak ada matahari? Kreativitas membutuhkan kedua cara berpikir ini. Anak perlu tahu bagaimana sesuatu dilakukan secara konvergen sebelum dia berekspresi kreatif. Misalnya, anak perlu tahu dulu bagaimana cara memegang kuas (konvergen) sebelum dia bisa berekspresi membuat lukisan sebebasnya (divergen). Seperti apa anak yang disebut kreatif? Anak yang kreatif biasanya menunjukkan karakteristik sebagai anak punya rasa ingin tahu tinggi, intuitif, berani ambil resiko, keteguhan/ketekunan, suka dengan sesuatu yang rumit dan punya rasa humor. Beberapa penelitian menemukan bahwa anak yang kreatif sering melakukan permainan imajinasi dan lebih dimotivasi oleh faktor internal daripada faktor eksternal seperti adanya insentif. Namun tidak selamanya anak yang kreatif tampil sebagai anak yang menyenangkan. Paul Torrance (1962) juga menemukan bahwa anak yang kreatif juga bisa tampil sebagai anak yang keras kepala, senang mengkoreksi, dan berpuas diri/sombong. Nah, karakter yang menjurus negatif ini sering disalahartikan dan kemudian mendapatkan perlakuan kurang tepat dari orang-orang di sekitarnya. Bagaimanapun karakter yang ditunjukkan anak, yang terpenting adalah penerimaan dari orang-orang di sekitarnya sehingga anak merasa nyaman untuk terus mengembangkan diri dan mengarah ke pembentukan kreativitasnya. Kreativitas & perkembangan kognitif Dalam memahami kreativitas anak, kita harus membedakan antara kreativitas dan inteligensi anak. Menurut Wallach (1970), inteligensi dan kreativitas berdiri sendiri-sendiri. Artinya anak sangat kreatif belum tentu berinteligensi tinggi. Lain halnya jika kita bicara soal anak berbakat (gifted). Anak-anak ini memiliki inteligensi dan kreativitas yang tinggi. Terlepas dari ini semua, perkembangan kreativitas tidak lepas pengaruhnya dari perkembangan kemampuan kognitif atau berpikir. Kreativitas tergantung pada kemampuan berpikir simbolik atau berimajinasi dimana pada anak baru dominan terlihat ketika ia memasuki usia 2 tahun. Perkembangan kreativitas anak sendiri lebih mudah diamati lewat hasil karya anak yang dapat dianggap sebagai jendela dari pikiran anak. Sebelum anak mahir menulis atau pun bicara, umumnya mereka berekpresi lewat gambar. Dari gambar-gambar inilah kita dapat mengamati perkembangan kreativitas anak. Tahapannya adalah:
Citta, 2 tahun
Vasha, 2 tahun 6 bulan
Hakeem, 2 tahun, 8 bulan �Ombak�
Jewel, 4 tahun 7 bulan
Alesta, 5 tahun, 2 bulan
(Ilustrasi gambar adalah hasil karya murid-murid TB Kepompong, 2006 dan 2007)
Pengembangan kreativitas anak Apa pentingnya anak untuk menjadi kreatif? Menjadi kreatif bagi anak perlu dipandang dalam arti memberikan anak kebebasan berekspresi dan kebebasan menjadi diri sendiri. Dengan minimnya batasan, sebagaimana lumrahnya anak-anak, mereka akan lebih menikmati pengalaman hidup mereka. Mary Mayesky (2002) mengungkapkan apa saja keuntungan yang diperoleh anak dari proses kreatif yang diantaranya: berpandangan positif tentang diri mereka sendiri; belajar mencari banyak jawaban untuk satu masalah; mengembangkan kemampuan berpikir; dan mengembangkan individualitas (keunikan diri). Setiap anak punya potensi untuk menjadi kreativitas tapi terkadang mereka butuh bantuan untuk mengekspresikannya. Berikut beberapa hal yang bisa kita lakukan untuk membantu anak mengekspresikan kreativitasnya:
Bagaimana merangsang kreativitas anak? Sederhana saja caranya, ajak bermain. Berikut ada beberapa ide permainan yang menyenangkan sekaligus merangsang kreativitas:
Selain bermain, orangtua atau siapapun yang terlibat dalam pengasuhan anak dapat pula merangsang kreativitas anak lewat cara bertanya. Nah, pertanyaan semacam apa yang dapat mencapai tujuan ini. Berikut beberapa contohnya:
Penghambat Kreativitas dari Rumah Semestinya rumah bisa menjadi tempat kreativitas anak berkembang seluas-luasnya. Namun tidak jarang lingkungan termasuk orangtua yang anak temui di rumah justru menghambat berkembangnya kreativitas ini. Berikut beberapa kondisi lingkungan rumah yang bisa menjadi ganjalan besar bagi kreativitas anak:
Vera Itabiliana K. Hadiwidjojo, Psi. |
|
![]() |
||